ya aku mencintainya sejak awal dia mengajakku pergi makan malam bersama kira
kira sudah 2tahun yang lalu. dia bagian dari diriku yang selalu melengkapi hari
hariku. semakin hari rasa cintaku itu bertambah. tapi entah bagaimana dengan
dia. aku tak yakin dia merasakan hal yang sama denganku. aku takut kehilangan
dia. sampai suatu saat dia memutuskan untuk berpisah denganku. entahlah, aku
tak bisa berkata apa apa selain tangis yang ku tahan dan hanya isakan yang
terdengar. ku kira semua hanya siku tanpa dia.ifat ego semata tapi setelah aku
telaah. ya dia mengatakan yangg ingin dia katakan selama ini.
ya memang dia yang aku cinta. setelah aku berpisah dengan dia seperti ku tak
punya nafas. terengah engah saat melakukan aktifitas. aku tak punya semangat.
setiap malam ku berdoa pada Tuhan agar kami dipersatukan kembali dalam cinta
yang diridhoi-Nya. aku selalu berdoa dan berdoa. Ya Tuhan aku selalu ingat dia
saat aku berdoa. haya bisa ku bercerita pada Tuhan apa yang kurasakan setelah
peristwa itu. hanya tuhan yang tau aku menangis, menderita, terluka dan semua
itu menyakitkan. tak pernah kutau dimana letak kesalahanku, dia tak pernah
bilang. terakhir dia bilang karena oranng tuanya yang tak setuju dengan
hubungan kami. tapi aku tau dia berbohong.
seminggu setelah perpisahan kami. dia memilih untuk berpasangan dengan orang
lain aku tau dan itu sangat menyakitkan. berkalikali aku yakinkan dia untuk tak
menyakitiku, berkalikali pula dia berkata kasar padaku. Ya Tuhan dimana hatinya
yang dulu untukku. dia bukan yang aku kenal. dia jahat. dia menyakkitiku sampai
sedalam inii. padahal cintaku padanya semakin bertambah.
setelah lama kulalui hari ku tanpa dia, tiba tiba dia datangg padaku dan
meminta maaf. sungguh dia tak minta maafpun aku sudah memaafkannya. aku
menncintainya, bagaimana bisa aku tak memaafkannya. tapi dari pada dia ada
disini dan luka itu datang lagi, lebih baik dia tak usah menampakkan dirinya
dihadapanku dan enyahlah dikehidupanku.
Tapi Tuhan berkehendak lain. Aku tak tau apa yang sedang Tuhan rencanakan
untukku. Aku dipertemukan lagi dengan dia disebuah universitas di fakultas yang
sama pula. Ya Tuhan aku harus senang atau sedih? Karena tak bisa aku bayangkan
betapa senangnya melihatnya setiap kali dikampus. Tapi aku juga berpikir pasti
menyakitkan jika aku melihatnya menggandeng wanita lain dihadapanku,
astaugfirrullahalazim.
Setelah bebeapa hari aku mengikuti ospek di universitasku, aku bertemu dia. Sungguh
dia tersenyum dengan sangat manisnya saat melihatku. Entahlah mungkin dia
sedang khilaf. Tapi hari itulah aku merasakan dia ada seperti dulu. Yang melindungiku
dan membantuku dikala aku kesulitan. Saat itu aku kesulitan menemukan
ruanganku. Dia membantuku mencarikannya dan ketemu. Yaa dia sangat teliti dan
aku tidak. Kami pulang bersama dengan beriringan. Mungkin inilah saat
bahagiaku. Tapi enlah untuknya, mungkin akan biasa saja. Karena aku tau dia
menyanyangi wanita lain. Tak ada cara lagi untuk membuat “kita” ada lagi. “bahkan
tali yang putus bila disambung tidak akan sempurna lagi” mungkin itu kiasan
yang selalu aku ingat setiap aku mengingat hubunganku dengannya.
Ah, ternyata hari itu awal dari sakt hatiku. Lihatah 1 hari bahagia, bisa membuat
hari lainnya menderita. Bagaimana bisa? Yah itulah hidup, kita tidak akan tau
bagaimana akan hari esok. Yah biginilah nasibku menderita hanya karena satu
cinta. Aku tak tau apa salahku. Dia bersikap dingin padaku. Saat aku ada dia
tak menyapaku. Kemana dia yang kemarin? Sungguh sikapnya itu membuatku terluka,
tapi aku tau dia tak akan peduli padaku. Padahal ketika itu aku sedang tak enak
badan. Tambah parahlah hariku ketika itu. Ya Tuhan kemanakah harikuyang
kemarin? Apa dia telah melupakannya. Ya itu pasti.
Sungguh aku tak ingin kita seperti tak saling mengenal, tapi dia dulu yang
memulai. Ternyata aku punya gengsi juga. Aku tak ingin seperti ini. Beri tau
aku mengapa dan kenapa? Sejelasnya. Tapi aku tau dari dahulu dia takpernah
bicara sejujurnya padaku. Berarti hari kemarin adalah kebohongan yang amatlah
membodohkan aku.
Sikapmu dingin saat melihatku
Tatapanmu beku saat memandangku
Kamu amatlah keras seperti batu
Kita tak saling mengenal saat berdampingan
Kau bicara pada yang lain
Dan aku terpaku olehmu
Oleh ketidakpahammanmu terhadapku
Jika
nanti kita bertemu
Kumohon katakanlah sesuatu